Translate

Selasa, 19 Oktober 2010

Mengharap sebuah kejujuran seorang ibu by: Sudirman Matalil

By: Sudirman Matalil pada 22 September 2010 jam 22:34
...gadis cantik itu terbaring disebuah tempat tidur jati berukiran jepara dikamar yang tak seberapa besar, mungkin kelelahan setelah melakukan rutinitas seorang gadis yang sibuk dengan tugas kuliahnya. Dia tertidur, nampak diwajahnya yang begitu jelita senyum hangat mengaharapkan kasih sayang kedua orang tua yang dia satyangi. Ibu itu masuk kekamar didapatnya putrinya sedang tertidur pulas, mungkin begitu lelah bolak-balik kampus rumah yang sedemikian jauh, dipandanginya wajah anak beulang dengan senyum hangat penuh sayang. Dalam hati ia merasa betapa dia akan kehilangan putri satu-satunya. ya putri itu sebentar akan meninggalkan rumah karena harus tinggal kost didekat asrama dekat kampusnya. Dipeluknya sekali lagi, sehingga putri terbangun,..."ada apa bu tak biasanya ibu peluk putri"...."tak mengapa" kata ibu....tidurlah dalam pelukan hangat ibu sayang...sampai pagi datang menjelang...Dalam hatai sang ibu kerkecamuk antara sebuah kejujuran dan rasa ketakutan, akankah saatnya sampaikan hal yang sebenarnya...sementara sang putri belum saatnya menerima relita itu,...Sementara mutiara bening telah meluncur dari kelopak mata sang ibu, ditatapnya dan dieleusnya rambut putrinya itu dalam hati ia berkata:   "...putri semata wayangku, maafkan ibu nak, kalau ibu selalu menampakan kebahagiaan didepanmu, karena ibu tak ingin kamu merasakan realita hidup yang ibu alami, biarlah kau tak pernah tahu, apa sebenarnya romantika hidup yang ibu alami, ketahuilah hai putriku, ketika kau menanyakan dimana ayahmu, ibu selalu menunjukan potretnya, surat nikah ibu, dan selalu ibu jawab kalau ayahmu pergi merantau, mencari nafkah dan belum kembali,....dan nanti dia akan kembali membawa mainan untukmu, membangun rumah yang indah untuk kita dan membawa uang yang banyak untuk masa depanmu,....ketahuilah anakku......kalau selama ini ibu membohongi perasaan ibu sendiri, ibu katakan padamu hal yang tidak benar, tapi kau mau kan memaafkan ibu, kalau ibu berkata jujur padamu,....anaku, ketahuilah,...ayahmu telah pergi...semenjak kau berusia dua tahun, kami berpisah secara baik-baik, karena kami sudah punya pandangan yang berbeda....ayahmu malu karena sejak pernikahankami hingga kau lahir kedunia, kami belum memiliki rumah tinggal, dan sementara ayahmu malu kalau kami masih tinggal dirumah ayah ibu, kakakekmu,....sejak saat itu ketahuilah putriku, ibu berusaha memenuhi kebutuhan hidup, mencari nafkah untuk kebutuhan kita, dimana ibu harus berupaya menjadi kepala keluarga,....menggantikan ayahmu.  Anaku ayahmu kini telah berbahagia dengan ibu tirimu, dan selama ini tak pernah tahu denganmu, jangankan memberi nafkah darah dagingnya, mencari tahu keadaanmu saja tak pernah....dunia ini begitu kejam, dan kejam, masih ada ternyata seorang ayah dari perkawinan yang syah menelantarkan buah hatinya yang adalah darah dagingnya sendiri.....perbedaan pandangan kami membuat kamu menderita anaku,....dan anaku sejak saat itu pintu hati ibu sengaja ibu tutup untuk orang lain,...biarlah derita ini ibu tanggung sendiri, karena ibu tahu, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, kita yang hidup tinggal menjalaninya saja....tak perlu disesali..sudah nasib, anaku, belahan jiwaku, kelak suatu saat, tanpa mendengar cerita ibu, kau akan tahu cerita sesungguhnya,....biarlah suatu saat itu akan terungkap....tapi nanti apabila kau sudah dewasa dan sudah mampu merenungi dan memaknai arti hidup dan kehidupan ini....anaku maafkan ibu, bukan ibu tak mau jujur padamu, tapi ibu hanya ingin agar semua kejujuran ibu jangan sampai membuat kau begitu membenci ayahmu yang sesungguhnya, mari kita doakan putriku, semoga ayahmu suatu waktu hatinya terketuk dan akan mencari dirimu buah hatinya"...Tak terasa air mata sang ibu mengalir deras dan terisak, sang putri dalam pelukan sayangpun terbangun.......kenapa ibu menangis,.....sang ibu menjawab tak apa putriku, ibu tadi cuma bermimpi sedih....jadi ibu sampai mengeluarkan air mata......kini sang ibu diminta jujur untuk keberapa kali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar