lama sang pangeran berdiri termenung di sudut taman itu sambil memandang tirai sutra berwarna pink, namun akhirnya pada sang putri dia ucapkan:"...aku sadari semua ini, sang putri, waktu lah yang akan berbicara, semua itu menjadi rahasia indah kita, bahwa suatu masa dalam suatu waktu dalam kehidupan kita, pernah terjalin hati, walau itu mungkin tak pernah kita inginkan...sekuntum mawar yang pernah aku berikan dulu, biar selalu hidup dan segar dihatimu, biarkan dia selalu hidup dan tumbuh subur, rawatlah dia setiap saat kapan kau suka, jangan lalai sedikitpun, dalam kelopaknya pernah bersemi cinta kita, disitu juga pernah bersenandung rindu-rindu kita, disitu pula pernah bersatu kedua sukma kita,....kita kembali ke kerajaan masing-masing, rakyat dan negara kita membutuhkan kita, kerajaan butuh ketegaran Pangeran dan Putri....derai airmata itu jangan kau kucurkan lagi, bukan berarti tak boleh...kalau pernah ada ruang rindu dapatlah kita masuk kedalamnya walau sesaat, jangan kau tutup ruang itu, karena ruang itulah satu-satunya milik kita yang masih tersisa, jangan pernah sesali rasa itu hadir, cinta memang tak pernah mengenal ruang dan waktu, cinta juga tak pernah memilih hati, namun semua itu memang salah, jangan tembus tirai yang jadi penghalang, agar tak menjadi kehancuran,bagi kita dan kerajaanyang telah kita ddirikan dengan bersusah payah".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar